Apa yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya ?? Yap, manusia
diberikan kemampuan akal dan berfikir, yang kemudian menempatkan manusia
sebagai makhluk sempurna di muka bumi ini. Tidak ada makluk lain di muka bumi
ini sesempurna manusia, kendati robot-robot buatan manusia sekalipun sedang menyaingi
kesempurnaan itu.
Namun, tak selamanya kesempurnaan fisik manusia itu menjamin setiap
insan mampu melakukan atau memenuhi keinginan apa saja yang ia ingini. Selalu
ada saja keterbatasan yang sengaja diberikan Sang Pencipta, agar manusia bisa
mendayagunakan akal dan fikirannya untuk menjawab segala keterbatasan itu.
Keterbatasan yang di-skenariokan Tuhan kepada kita, diberikan dalam
bentuk yang variatif baik itu keterbatasan dalam bentuk fisik, maupun non fisik. Keterbatasan fisik, sudah
lazim kita ketahui, seperti orang yang menderita cacat fisik. Sedangkan
keterbatasan non fisik,dapat diterjemahkan kepada keterbatasan daya upaya,
keterbatasan
ekonomi, keterbatasan ruang dan waktu, dan banyak lagi. Bertanya, adalah
manifestasi manusia dalam menjawab salah satu keterbatasan non fisik tadi.
Bertanya dan ditanya, mungkin sudah menjadi bagian dari hidup kita.
Selalu saja ada pertanyaan yang muncul melingkupi berbagai aktivitas keseharian
kita. Termasuk dalam kesendirian kita pun, seperti saat merenung, muncul
pertanyaan dalam hati sebagai otokritik dalam diri. Untuk apa aku hidup ? Apa
yang bisa kulakukan lagi untuk keluarga, agama, bangsa ini ? Mengapa aku sehina
ini ? kapan aku berubah ?
Bahkan, khusus bagi umat muslim, ada serangkaian pertanyaan yang akan
dilewati sebelum dan sesudah proses kehidupan di dunia. Apakah kamu siap
mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ? Maa Robbuka (Siapa Tuhanmu) ? Jika mau di-adagiumkan, perumpamaan
pentingnya bertanya itu seperti "Malaikat saja bertanya ! Nah, kita
?"
Sebagai pribadi yang penuh dengan keterbatasan, saya sendiri banyak
sekali mengalami proses bertanya dan ditanya, baik person to person, maupun bertanya kepada diri sendiri. Sudah pasti,
banyak manfaat yang saya dapatkan dari proses bertanya tersebut, baik sifatnya
kondisional maupun yang bermanfaat dalam jangka waktu yang panjang.
Ada satu peristiwa yang terus membenak dalam diri saya, tentang
dahsyatnya dampak bertanya. Kala itu, pertengahan 2008, saya berangkat ke kota
Medan, Sumatera Utara seorang diri. Misi saya ke kota yang belum pernah saya
jejaki itu adalah, menjalankan amanah dari abang saya untuk membeli bibit
kelapa sawit di Pusat Pembenihan Kelapa Sawit (PPKS) Medan.
Dengan modal nekat dan motivasi mendapatkan pengalaman, saya
menyanggupi amanah tersebut. Tak ada masalah tentang perjalanan saya dari
Pekanbaru ke Medan, bahkan sampai di kantor PPKS tersebut. Yang menjadi masalah
yaitu ketika bibit sawit sudah terbeli, dan harus dikirim ke provinsi Lampung
sore itu juga. Sebagai pendatang baru, terus terang saya tidak tahu bagaimana
proses mengirimkan ribuan bibit kelapa sawit itu. Apalagi, saya juga tidak
mengenal kota Medan sama sekali, jika harus ke Bandara, bagaimana saya harus
kesana dan bagaimana dengan bawaan saya sebanyak itu ??
Tuhan yang tahu akan kesulitan saya, memberikan solusinya melalui salah
seorang petugas PPKS disana. Namun, sekali lagi, bantuan petugas tersebut tidak
datang dengan sendirinya, melainkan ketika ia saya tanyakan tentang bagaimana
dan kemana saya harus berurusan jika harus mengirimkan bibit itu ke Lampung.
Sebuah jawaban sederhana namun bagai angin surga meluncur dari mulut
petugas tadi. "Ok, karena saya juga ingin melihat langsung tentang
bagaimana proses karantina dan pengiriman bibit sawit melalui kargo, saya
temani anda...! "
Akhirnya dengan mobil pribadi beliaulah, saya akhirnya menuju ke balai
karantina Pertanian, dan selanjutnya mengurusi
tetek bengek pengiriman bibit
itu ke Lampung. Sesampai di tempat tujuan, rahmat Tuhan kembali datang kepada saya.
Sesungguhnya, kedatangan kami ke Balai Karantina tadi bertepatan dengan
berakhirnya waktu operasional kantor, yakni sekitar jam setengah empat sore.
Namun, karena didampingi seorang petugas PPKS yang cukup 'punya nama" di
departemen Pertanian, petugas Balai karantina pun akhirnya memproses barang
kiriman saya.
Pengalaman tadi, terus terang saya ingat sampai kapanpun juga. Betapa
tidak, mengirim ribuan bibit sawit seperti mengirim sebuah email, lempang begitu
saja. Pada tulisan ini, izinkan saya kembali mengucapkan ribuan terimakasih
kepada petugas PPKS Medan yang saya sendiri sudah lupa namanya. "Semoga
Bapak diberi Tuhan kemudahan dalam segala urusan" .

Saya juga bersyukur, di zaman serba canggih seperti saat ini,
ragam kemudahan semakin banyak diberikan, termasuk dari salah satu BUMN ternama, Bank Negara
Indonesia (BNI) 46. Dengan tagline “Mau Bertanya Nggak Sesat Dijalan”, BNI menggunakan
kecanggihan teknologi saat ini dengan memanfaatkan sosial media Twitter untuk
mempermudah para nasabahnya yang membutuhkan berbagai informasi lengkap seputar
Bank Negara Indonesia (BNI), mulai dari promo yang diadakan oleh BNI hingga
informasi produk dan layanan BNI yang bisa dinikmati oleh para nasabah. Dengan
adanya hashtag #AskBNI ini, saat ini para nasabah BNI dijamin akan lebih mudah
untuk mendapatkan informasi secepatnya dimanapun berada hanya melalui akun
Twitter @BNI46 saja, tanpa perlu melakukan sambungan telepon terlebih dahulu ke
Customer Care BNI.
Dengan adanya fitur #AskBNI ini, BNI setidaknya menunjukkan ‘jurus
baru’ dalam dunia pelayanan perbankan, khususnya dalam tujuan meningkatkan
pelayanannya dengan lebih memberikan kemudahan kepada para nasabah yang ingin
mengetahui berbagai informasi dimanapun, kapanpun dan tentang apapun. Selain
itu, BNI juga ingin merubah pola pikir penggunanya untuk tidak malu bertanya
dan merubahnya menjadi pola pikir “Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan”.
Nah, makhluk halus sekelas Malaikat saja bertanya kepada kita. Bank
ternama sekelas BNI46 saja mau memfasilitasi kita untuk bertanya. So, masih juga malu untuk bertanya ??
9 comments:
Pengalaman yang menarik, namun saat ini memang budaya bertanya sudah sangat jarang dilakukan. Orang zaman sekarang lebih memilih untuk mencari info sendiri, clingak clinguk ke kiri kanan, googling-googling ataupun mendingan nyasar sekalian dari pada bertanya. Biasanya kalau udah kepepet bener, barulah aksi bertanya dijalankan.
Untuk BNI sendiri, membuat wadah resmi untuk bertanya mengenai segala sesuatu tentang jelas sangat menguntungkan bagi masyarakat. Info yang diterima tentu lebih akurat dari pada susah payah browsing cari-cari info kemana-mana.
Trims ya atas commentnya. Betul banget tuh, apalagi anak muda zaman sekarang, banyak takutnya daripada beraninya.
Bertanya sih boleh saja...tapi jangan banyak tanya, justru itu dilarang
Didalam sebuah hadits riwayat Bukhari Muslim
"biarkanlah apa yang aku tinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kalian adalah karena banyaknya pertanyaan mereka dan (banyaknya) penyelisihan mereka kepada para nabi mereka. Maka apabila aku melarang sesuatu kepada kalian, tinggalkanlah. Dan apabila aku memerintahkan sesuatu kepada kalian, kerjakanlah semampu kalian”
Pertanyaan yang dilarang oleh nabi juga termaktub didalam AlquranAlquran surat Al.maidah ayat 110
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun”
Dan didalam hadits yang lain Rasul juga bersabda :
”Sesungguhnya orang Islam yang paling besar kejahatannya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang semula tidak diharamkan, kemudian diharamkan dari sebab pertanyaannya itu”
Ingat kisah bani israil saat nabi musa perintahkan mereka mencari seekor sapi betina? Pada awalnya perintah itu sebatas seekor sapi tanpa ada kriteria tertentu , tapi karena mereka terus "menyanyah" dengan menanyakan bentuklah,warna,kebiasaan dll..akhirnya sapi itu sulit didapat karena kelangkaan jenis itu...itu akibat banyak bertanya
Jadi silahkan bertanya seperlunya,dan jangn terlalu banyak bertanya apalagi hal2 yang kurang bermanfaat..HBZ..
Budaya sekarang yg individualistik memang sudah meminggirkan interaksi sosial antar sesama, sekalipun hanya sekedar untuk bertanya. Btw, nice article, semoga menang ya dod.
Habib, memang bertanya ada batasannya. Apalagi kalau bicara soal agama. Tinggal bagaimana kita menempatkannya saja. Trims commentnya bib.
Kak ferza : iya kak, kecendrungan orang untuk interaksi sosial sudah menurun saat sekarang ini. Padahal, banyak orang sesat krn malas bertanya. Hehehe, doakan menang ya kak, aman tu....
wiih, tulisan yang menginspiratif. Masih jalan bisnis bibit sawit nya bang ??? Kalo afri sih males nanya orangnya bang, soalnya takut dibilang kuper. hehehe...moga menang ya bang....
makasih sis afri. hehehe, meledek nih,, bibit sawit itu cuma membantu abang kok...lagian itu udah lama, pas kuliah dulu. Tapi kalo udah kepepet butuh informasi, jangan sungkan nanya donk. biarin aja mau dibilang apa, yg penting kan kita dapat info. tq ya fri...
Ini Pengumumannya kapan ya'? batas waktu lombanya sudah habis kan??
https://ikaju.wordpress.com/category/mau-bertanya-nggak-sesat-di-jalan-askbni/
Post a Comment