Saturday, November 17, 2007

Sebuah Catatan Vertikal

Ada Dua waktu yang mampu mengingatkanku akan masa depan...
Pertama dan paling rutin, ketika aku menunaikan sujud lima waktu..
Sangat menyesal sekali, jika kulewati satu waktu diantara lima kali itu
Karena dikala itulah, aku mengingat semua yg kuperbuat hari demi hari...
Dan disaat itulah, timbul penyesalan dan juga keinginan untuk lebih baik.

Ampuni aku ya Allah, jika saat-saat sujudku
belum sepenuhnya kurasakan Engkau ada didepanku

Tunjuki aku ya Rabbi, sebuah ruang khusyuk menyapaMu


Waktu kedua yang selalu mengingatkan aku pada alur hidup
adalah ketika seseorang memberikan kemarahan bagiku

Seketika, aku ingat jati diriku,
aku luruskan rel-rel perjalanan yang akan kulalui

Maka, siapa saja yang pernah memberikan kemarahan kepadaku
kusampaikan dalam hantaran do'a kepada-Nya,
keselamatan dan kebaikan menyertainya

Terima kasih ya Malik.
yang berkuasa atas seluruh jagat raya
kuasa Mu menjadikanku sperti ini
kuasaMu membuatku ingin dekat selalu denganMu

Tentang hari esok
Aku selalu Yakin
ada jalan untuk itu
Dia sudah mengatur Nya

Tapi tidak membuatku berserah
atas apa yang kini ada
setumpuk cita yang kupajang di langit-langit sana
kuyakin Dia mempertemukannya

Orang tua, ayah dan ibuku
siapapun dirimu adalah setengah bagian hidupku
tanpamu, tak ada yang mengejarku
berlari memburu waktu

Ya Rabb
ingatkan aku di dua waktu itu
ingatkan aku melalui KuasaMu
bantu aku temukan HidayahMu
disatu ruang sujudku
Share:

Wednesday, October 24, 2007

Ternyata Tragedi WTC sudah di sebutkan dalam Al Quran...

Apa yang ada dalam benak kita, ketika peristiwa runtuhnya bangunan bersejarah Amerika yakni Twin Tower WTC di New York itu diperdengarkan oleh kita? jawab kita mungkin "itu ulah teroris, atau ulah Osama bin Laden, atau ulah Jama'ah Islamiyah, dll. Inilah kenyataan yang kita hadapi sekarang, namun dengan adanya peristiwa tersebut ada banyak sekali orang Amerika dan barat yang berbondong- bondong untuk masuk kedalam agama islam.
Setelah mengkaji kenapa setiap ada bom atau teror meledak yang disalahkan selalu Al- ISLAM.
di bawah ini mungkin menjadi jawabannya bagi mereka yang diberi hidayah oleh ALLAH SWT.

6 tahun yang lalu, Tanggal 11 September .....
Tragedi WTC ada dalam QS. At Taubah Qs. At Taubah ayat 109, sbb :

Terjemahan :
Maka apakah orang-orang yang mendirikan bangunannya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik,
ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh,
lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam.
Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang Zalim.

Disitu disebutkan keruntuhan sebuah bangunan karena yang mendirikannya adalah orang -orang yang zalim.
Pada surat At Taubah diatas telah disebutkan kata "JURUFIN HAR" yang oleh ulama tafsir dulu diterjemahkan
sebagai "ditepi jurang yang runtuh" ternyata 14 abad kemudian kata tersebut menjadi nama sebuah jalan dikota
New York tempat berdirinya WTC, yaitu : Jalan JERF HAR.

Gedung WTC runtuh pada tanggal 11-9-2001
Mari kita lihat beberapa kesamaan (yang mestinya bukan hanya kebetulan semata) :
Tanggal 11 adalah tanggal terjadinya tragedi WTC, apakah suatu kebetulan bila surat At Taubah terletak pada juz ke 11.

Bulan terjadinya tragedi itu adalah bulan September (bulan ke 9),
apakah secara kebetulan jika surat At Taubah berada pada urutan ke 9 dari Alquran,

Tahun terjadinya tragedi itu adalah tahun 2001, apakah secara kebetulan pula
bila jumlah huruf dalam surat At Taubah terdiri dari 2001 huruf.

Jumlah tingkat di gedung WTC ada 109 tingkat, sekali lagi apakah mungkin kebetulan
bila hal tersebut sudah tertuang dalam QS At Taubah ayat 109.

SubhanAllah, Maha Suci Allah dan sungguh benar
Muhammad adalah Rasul-Mu !
Sungguh benarlah firman-Mu : "Kami akan memperlihatkan kepada mereka
tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru langit dan pada diri
mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar ....
(Al Qur'an, surah Al Fushshilat 53)

Ternyata Allah telah memberikan khabarnya 14 abad yang lalu tanpa diketahui oleh manusia ...
Ini adalah salah satu mukjizat Alqur'an yang telah membuktikan kejadian pada masa yang akan datang.

SubhanAllah....
Share:

Tuesday, October 2, 2007

Aku dan Forum Lingkar Pena


Forum Lingkar Pena (FLP) Riau, adalah organisasi kepenulisan kedua yg pernah kuikuti, setelah sebelumnya aku banyak menimba ilmu kepenulisan, di UKM SKM Bahana Mahasiswa Universitas Riau. Mulai bergabung di FLP sejak Agustus 2005, bersama para perintis lainnya, seperti Joni Lis Efendy, Rinawati (teh Rina), Teh Dina, dan beberapa yg lain.
Di Organisasi yang aku sendiri tak tahu apa FLP merupakan sebuah OKP atau sekedar organisasi profesi, belum banyak yang bisa aku buat demi membesarkan organisasi ini. Dikepengurusan pertama (2005-2007), aku dipercaya menjadi Ketua Divisi Jaringan dan Komunikasi Media. Di kepengurusan selanjutnya (2007 s/d sekarang) aku dipercaya menjadi Bendahara Umum, mendampingi sang Ketua FLP Riau Subur Ratno, dan Sekum Yar Johan.
Sebelum bergabung di forum ini, nama FLP sudah tidak asing lagi bagiku. Apalagi setelah bergabung, ternyata kuketahui bahwa FLP sudah ada di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Bahkan, FLP sudah berkembang di beberapa negara seperti malaysia, Hongkong, dan Sudan.
Ini sebuah nilai lebih FLP yang jarang dimiliki organisasi sejenis.
Sebenarnya yang mendorong aku bergabung di organisasi yang didirikan oleh Helvy Tiana rosa ini adalah untuk mengaktualisasikan kemampuan diri, baik dibidang tulis menulis, maupun dari sisi keorganisasian. Karena memang, saat itu aku merasa sudah memiliki modal yang cukup dari segi prestasi dibidang kepenulisan, dan sederet pengalaman di berbagai organisasi.
Aku pernah menjuarai berbagai lomba karya tulis, diantaranya, juara 2 LKTM FKIP Unri, Juara 2 Lomba tulis artikel populer tentang AIDS, dan dua tahun berturut-turut menjuarai Lomba tulis Artikel antar insan pers (2005-2006), juara 1 dan 2. Selain itu, tulisanku juga pernah dipublikasi beberapa kali di harian Riau Pos dan Riau Mandiri, situs www.bangrusli.net, dan tabloid Bahana Mahasiswa Unri.
Di keorganisasian, walaupun tak banyak kuikuti, namun cukup banyak mengembangkan potensi dan karakter pribadi positif bagi diriku. Sebut saja soal kedisiplinan, tanggung jawab, kerjasama, kepemimpinan, kemandirian, dsb.
Kembali ke FLP.
Share:

Monday, October 1, 2007

Perjalanan Mencari Toga


21 Juli 2007

Akhirnya, perjalanan itu berujung juga. Selama Tujuh tahun, tak terasa terlewati begitu saja. Aku ingat betul, ketika pertama kali berkuliah, hingga detik-detik terakhir aku menyandang gelar Sarjana. Termasuk juga, hal-hal yang membawaku pada kondisi yang sulit, bahagia, sedih, bingung, selama masa tujuh tahun itu.

Aku ingin menuliskannya satu persatu.

Pertama, kenangan saat aku mengetahui kelulusanku masuk ke Perguruan tinggi Negeri. Awalnya, subuh itu, sekira pukul 04 pagi, niatku bersama salah satu abangku, hendak berjualan Koran Lampung Post. Itu kami lakukan bukan karena kesulitan uang atau hendak menekuni profesi tersebut. Tapi, naluri wirausaha-lah yang mendorong kami melakukannya. Pagi itu, (seingatku dibulan Juli 2000) adalah pagi dimana koran-koran akan mengumumkan nama-nama peserta yang lulus seleksi SPMB, wilayah Lampung. Dalam anggapan kami sudah pasti masyarakat sangat menunggu pengumuman itu. Mereka pasti bergegas pagi-pagi untuk mendapatkan Koran yang berisi pengumuman itu. Kami menganggap itu peluang. Peluang karena masyarakat akan pasti membeli Koran kami, yang datang kerumah-rumah mereka, dan mereka tak perlu ke kios atau loper Koran di lampu-yang ada di perempatan lampu merah. Peluang, apabila kami datang lebih pagi dari loper-loper Koran yang biasa mengantarkan Koran kerumah-rumah.

Kami meminjam uang Bapak sebagai modal untuk membeli Koran. Pagi itu, kami meluncur ke Lampung Post, yang berjarak sekitar 15 Km dari rumah. Sampai disana, kami memesan sebanyak 200 eksemplar Lampung Post yang siap cetak Harga per eksemplarnya, kami beli hanya Rp. 750,-. Seluruhnya, kami keluarkan uang sebesar Rp150 ribu. Koran didapat, kamipun menyortir dan membagi dua. Separoh bagianku, dan separoh lagi bagian abangku.

Share:

Friday, March 16, 2007

Aku dan Sebongkah Mesin Itu


Aku nggak nyangka bisa juga "bermain" didunia tulis menulis. Padahal, diranah itu, sama sekali tak pernah aku tekuni, mulai dari kecil hingga semester 4 aku kuliah. Masuk semester 5, mulailah yang namanya hunting, 5W1H, feature, angle, dan istilah asing (bagiku saat itu) lainnya dunia tulis menulis sedikit demi sedikit masuk dalam memori otakku. Ya, saat itu, aku memutuskan diri untuk bergabung dalam sebuah Pers kampus yang ada di Universitas Riau (Unri), bernama "Bahana Mahasiswa". Sejak awal aku disana, sepertinya aku mulai menemukan "sebongkah mesin lama" yang ada dalam diriku, yang selama ini mungkin telah ada, namun tak pernah kuoperasikan. Lama kelamaan, seiring Bahana membesarkanku (terakhir aku menjabat Redaktur pelaksana), barulah kutahu bahwa mesin itu sangat membawa arti bagi hidupku. Setidaknya, saat ini dikamar tidurku, sudah terpajang 4 (Empat) buah piala, yang kudapatkan dari sejumlah lomba karya tulis yang ku ikuti. Juara 1, 2, dan 3 semua pernah kudapati. Yang paling berkesan dari sejumlah piala tersebut, adalah piala tetap dari gubernur Riau HM Rusli Zainal, yang berhasil kuraih saat menjadi juara I lomba karya tulis antar insan pers dan wartawan se-Riau. Alhamdulillah, dari sana aku juga mendapat sejumlah rupiah yang mampu menutupi kebutuhanku selama hidup dirantau. Saat ini, aku masih ingin bertunak diranah itu --dunia tulis menulis-- walaupun hanya sebagai penulis halaman publikasi televisi di sebuah koran harian yang katanya terbesar se-Sumatera (Riau Pos). Aku juga tetap istiqamah untuk terus mengoperasikan sebongkah mesin itu, dan membuatnya tetap hidup dan menghidupi aku......
Share:

Thursday, March 8, 2007

Garuda Juga Manusia......

"Baru sehari setelah terjadinya gempa Batusangkar, musibah berulang kembali terjadi di Indonesia. Tepatnya pagi hari (7/3/2007) sekitar pukul 7.45 Waktu Indonesia Tengah, pesawat Garuda Indonesia Boeing 737 dengan nomor penerbangan GA 400, mengalami hard landing saat mendarat di bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. " Pesawat yang membawa 144 penumpang, belum termasuk awak pesawat itu, akhirnya terbakar dan menewakan 21 orang diantaranya"
Begitu salah satu pemberitaan yang kusimak didepan layar kaca, tentang peristiwa naas tersebut. Peristiwa ini, ternyata membuktikan kebenaran bahwa dunia penerbangan komersil Indonesia belum layak benar ditinjau dari segi standarisasi pesawat....
Share:

Tes Mental 3,3 - 5,8

Dari sejumlah pengalaman perantauan saya di beberapa provinsi di Sumatera (Jambi, Bengkulu, Palembang, Lampung, dan terakhir di Pekanbaru), saat gempa yang terjadi bersamaan dengan gempa Batusangkar (6 maret 2007) lah yang begitu besar kurasakan goncangannya. Saat itu, Pekanbaru, dideteksi hanya berkekuatan 3,3 skala richter. Namun, guncangannya saat itu menghamburkan orang-orang sekantorku pada keluar ruangan. Saat yang sama, (seperti yang kudapati di pemberitaan detiknews.com) polisi pamong Praja yang sedang mengawal jalannya demonstrasi mahasiswa di Kantor Gubernur, lari tunggang langgang akibat gempa kecil itu.
Tak habis fikir, itu baru 3,3. Entah reaksi spontan seperti apa yang dilakukan masyarakat Pekanbaru (Kota yang telah kudiami selama 7 tahun dan tak pernah terjadi gempa sekalipun) kalo merasakan apa yang dirasakan saudara-saudari kita yang ada di Batusangkar dan Solok. Disana, tercatat hampir seratusan nyawa tak terselamatkan. Jalan-jalan aspal terpecah. Rumah, tiang listrik, apalagi gubuk, tak berdaya menahan berdiri saat 5,8 skala richter kekuatan gempa terjadi.
Lantas, terbersit begitu saja kalo suatu saat Pekanbaru mengalami hal yang sama. Sementara , kota ini sedang latah-latahnya membangun "gedung-gedung pencakar langit " idenya Gubernur yang menjabat saat ini, HM Rusli Zainal. Dilain hal, masyarakatnya yang belum terbiasa merasakan musibah gempa, contohnya saja polisi-polisi tadi, kepanikan yang akan terjadi tentu sangat fatal. Tak terbayangkan bagaimana spontanitas ibu-ibu menggendong anaknya ketika musibah itu menghampiri Kota yang dikenal dengan julukan "Kota Bertuah" ini.
Menghindari akibat yang lebih parah, sepertinya perlu juga sesekali diadakan latihan menghadapi datangnya musibah gempa bagi mayarakat Pekanbaru. Hitung-hitung, sebagai "tes mental" buatan sendiri. Agar nanti, saat tes mental itu dicobakan oleh Allah Swt kepada masyarakat Pekanbaru, tak berdampak buruk dan fatal.
Memang, akhirnya kita juga harus berserah dan terpaku atas pertanyaan "siapa yang bisa melawan kehendak Tuhan".....
Share:

Thursday, March 1, 2007

Bagaimana Anda memaknai pekerjaan Anda?

"Jika seseorang diberi tanggung jawab untuk menjadi penyapu jalan, ia harus melakukan tugasnya seperti apa yang dilakukan oleh pelukis Michelangelo, atau seperti Beethoven mengkomposisikan musiknya, atau seperti Shakespeare menulis sajaknya.

Ia harus menyapu jalan sedemikian baiknya, sehingga semua penghuni surga dan bumi berhenti sejenak dan berkata, di sini hidup seorang penyapu jalan jempolan yang melakukan tugasnya dengan baik".

- Martin Luther King -
Share:

Selamat mengulang tahun, ibu

Selamat mengulang tahun, ibu.

Semoga ibunda tetap menjadi
pagi dimana embun dan matahari
iringi semangat pembuka hari;
bagi hidup kami.

Semoga ibunda tetap menjadi
guru; seperti gurat sungai
yang makin jelas itu,
sungai di sudut mata ibu...
yang selalu ajari ananda
tentang sabar, kasih dan syukur.

Sayang dan cinta dari ananda
yang masih terus mencoba
membuat senyum di wajah ibu.
Share:

Ritual Kurban dan Korban




Ada dua ritual yang senantiasa dilakukan masyarakat sekarang, yaitu ritual Kurban dan Korban. Yang disebut pertama, sudah pasti dibebani bagi umat islam, ketika diperingati Hari Besar Idul Adha. Ritual ini tentu bernilai positif, dimaksudkan untuk mendekatkan diri antara sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bentuk langsung ritual ini, adalah mengkurbankan hewan ternak, yang ditujukan bagi pemegang hak penerimanya, seperti kaum dhuafa, anak yatim piatu, dan orang tak berpunya lainnya.

Yang kedua, adalah ritual korban. Secara sadar kita melakukannya, namun tidak sadar kita akan menerima dampaknya disuatu saat. Itulah ritual Korban, ritual kehidupan masyarakat yang lahir atas tuntutan dan beban kehidupan itu pula. Kalau ritual yang satu ini, jelas konsekuensinya negativ, dan imbasnya dirasakan luas oleh lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Ritual Kurban dan Korban adalah sebuah perbandingan yang nyata antara yang benar dan yang salah. Jika keduanya dipahami, maka salah satunya akan difahami sebagai sebuah solusi atas permasalahan yang ditimbulkan satu masalah yang lain. Jika yang satu dipilih sebagai solusi, maka yang satu lagi praktis tersisih, walau ditempuh dalam waktu dan usaha yang amat berat.

Perumpamaan relevan untuk menyandingkan kedua ritual itu, tepat terjadi saat ini, tepat pula di propinsi ini, propinsi Riau. Beberapa hari lalu, 10 Hijriah 1427, seluruh umat islam di dunia, khususnya di Riau, merayakan hari raya kurban secara bersamaan. Hewan kurban, seperti Kerbau, sapi, dan Kambing dipotong dan dibagi-bagikan kepada yang berhak.

Masih dalam suasana itu pula, beberapa masyarakat yang lain masih menjalani sisa-sisa ritual “Korban”. Secara rinci, ritual ini setidaknya meminta korban nyawa, harta benda, dan harapan untuk hidup lebih baik di masa depan. Dari catatan yang dilansir beberapa media massa menyebutkan, telah mencapai ribuan masyarakat terpaksa menjadi korban atas ritual yang dijalani oleh mereka sendiri, atau juga atas ritual yang dilakukan oleh kelompok yang lain. Jumlah itu, saat ini tersebar di Tujuh Kabupaten yang ada di Riau, dan yang terparah akibatnya terjadi di Kabupaten Kampar.

Ritual korban ini sebenarnya bermacam-macam bentuknya, kalau yang disebut diatas tadi adalah akibat dari upacara kehidupan yang telah berlangsung lama. Pembukaannya, ketika kekuasaaan dianggap hanya sebagai alat untuk mencapai kekayaan semata. Tidak terjabarkan peran penguasa yang semestinya mampu mempergunakan kekuasaannya untuk kesejahteraan rakyatnya. Masyarakat tidak terperhatikan bahkan terabaikan, ketika para penguasa melihat banyak celah di kursi kuasa.

Ritual ini kemudian berlanjud dengan prosesi tampilnya sang pemimpin upacara, untuk mengendalikan jalannya upacara tersebut. Dalam segala sisi, ia berhak menentukan kebijakan-kebijakan dan arah pembangunan dilakukan, walaupun proses pengambilan keputusan bersama juga dilakukan, sebagai syarat tertulis yang harus ditempuh.

Ritual Kurban seperti diayatkan dalam Kitab Suci Alqur’an, pertama kali dilakukan oleh Nabi Ibrahim As. Dilandasi iman dan keyakinannya yang teguh terhadap agama dan perintah Allah, ia dengan ikhlas menyerahkan kembali apa yang telah dititipkan Allah kepadanya, yaitu seorang anak yang ia miliki satu-satunya.

Begitu juga dengan ritual korban, seperti diumpamakan dari kisah Raja Fir’aun. Apa yang telah dimilikinya, berupa harta, kuasa, didapatnya dengan mengkorbankan hak-hak yang lain. Bahkan, akibat itu pula membuatnya jauh dari ajaran kebenaran, yang saat itu sedang disyiarkan oleh para Nabi Allah. Dan kita tahu, bahwa akhirnya Fir’aun harus menerima azab yang setara atas apa yang diperbuatnya...

*****



Share:

my poem


Dua Ritme

Dua ritme labuh lalu

Menyinggahi sambil meludahi

Menertawai sambil menangisi

Dua ritme labuh lalu

Berebut suka tapi malu

Berbagi tempat satu tubuh

Dua ritme labuh lalu

Tantang aku!

Sujud

Budak Dia yang Mulia

Menghamba tengadah pasrah

Sujud suhada sambil bercinta

Telungkup serah jiwa raga

Budak dia segala Maha

Basah sajadah di air mata

Khusyuk dengan doa-doa

Menasbih pujian Subhanallah

Budak Dia yang Berkuasa

Berdiam mesra lama-lama

Menunggu Raja menyuntingnya

Mengundang seru Innalillah

Kenali Aku

Kenali aku !

Pesuruh hina para budak

Pesuruh mulia orang-orang hilang

Pesuruh tempat tak bertanah

Kenali aku !

Pesuruh surga dunia cela

Rakyatku

Aku kagum dengan rakyatku

Seribu bahasa mengunci mulutnya

Yang tak senang dengan aku

Pencuri anak keturunannya

Sudah cukup bagimu rakyatku

Jatah-jatah yang kau perebutkan itu

Jangan usik kami-kami

Yang menginjak dulu bumi ini.

Budakmu yang Belum Mati

Hamba berlutut menghadap engkau

Dipapa prajurit disinggasana tanah

Bermahkota embun yang kau putik diujung daun

Bertangan lembut yang kau lapisi dengan batu

Hamba kesini dengan angkuh

Yang terbelenggu sejak kau asuh aku

Bukan niat hamba mengiba

Tak pula datang mengemis tahta

Hamba kesini memanggul peluh

Dari titipan moyangmu, yang bukan moyangku

Yang tak sampai kegaris tanganmu

Terbengkalai tinggal untukmu

Dengarkan aku bersyair

Gubahan air mata dan mata air

Dibuka dari tangisan yang baru lahir

Diberi penutup dari yang mahir

Dengarlah Tuanku :

“ Susukanlah anak-anak kami

Dari Ibu-Ibu suci

Bukan dari Ibu yang kau gauli

Bukan dari sapi yang kau kebiri”

“Teduhilah kami

Dari kayu jati ladang kami

Yang kering dan kini mati

Oleh cintamu setengah hati”

Ketahuilah Tuanku!

Hanya aku budakmu yang belum mati.

Share:

Tuesday, February 13, 2007