Tuesday, January 21, 2020

Sebuah Puisi "MAMPIR" by Dodita


MAMPIR Mari bertamuDisenja usia budak pengembalaDireses yang kau anggap kerjaDijuli dua ribu lima Mari bertamuLama kita tak bertemuLewat lidah dan mata hatiYang tak tembus hanya dari kaca Tunggu, jangan masuk duluKami masih punya adatUntuk menjamu, mengalungi bunga, dan menzikiri sapaInilah yang kami punya Tak apalah itu,Kami rebahi pagar kandang kamiUntuk kudamu, kuda matiAgar tak luntur peluhBagi kami itu susu. Jangan malu, karena kita semua tak punya maluIni keluargamu, bukan orang jauhJangan malu-malu kucing, karena disini tak ada tikusYang kehabisan rakus, dari busung lapar kami. Mari duduk, jika penat mengantukMari bersulam, cukup dengan air garamTapi jangan berpantun, karena kami telah pikunTak perlu basa-basi, karena kami kurang gizi Tunggu, jangan lambai pisahMampirlah dulu, satu lagi kandang kamiYang belum kau singgahi, saat iniSaban lebaran akhir tahun, kau rajin kesiniDemi Ang Pau dan basa-basi Mampirlah,Dirumah pembantu kamiKami takut, kita tak pernah bertemu lagi Pekanbaru, 30 juni 2005 (01.51 – 04.18 WIB)
Share:

0 comments: