Thursday, March 1, 2007

my poem


Dua Ritme

Dua ritme labuh lalu

Menyinggahi sambil meludahi

Menertawai sambil menangisi

Dua ritme labuh lalu

Berebut suka tapi malu

Berbagi tempat satu tubuh

Dua ritme labuh lalu

Tantang aku!

Sujud

Budak Dia yang Mulia

Menghamba tengadah pasrah

Sujud suhada sambil bercinta

Telungkup serah jiwa raga

Budak dia segala Maha

Basah sajadah di air mata

Khusyuk dengan doa-doa

Menasbih pujian Subhanallah

Budak Dia yang Berkuasa

Berdiam mesra lama-lama

Menunggu Raja menyuntingnya

Mengundang seru Innalillah

Kenali Aku

Kenali aku !

Pesuruh hina para budak

Pesuruh mulia orang-orang hilang

Pesuruh tempat tak bertanah

Kenali aku !

Pesuruh surga dunia cela

Rakyatku

Aku kagum dengan rakyatku

Seribu bahasa mengunci mulutnya

Yang tak senang dengan aku

Pencuri anak keturunannya

Sudah cukup bagimu rakyatku

Jatah-jatah yang kau perebutkan itu

Jangan usik kami-kami

Yang menginjak dulu bumi ini.

Budakmu yang Belum Mati

Hamba berlutut menghadap engkau

Dipapa prajurit disinggasana tanah

Bermahkota embun yang kau putik diujung daun

Bertangan lembut yang kau lapisi dengan batu

Hamba kesini dengan angkuh

Yang terbelenggu sejak kau asuh aku

Bukan niat hamba mengiba

Tak pula datang mengemis tahta

Hamba kesini memanggul peluh

Dari titipan moyangmu, yang bukan moyangku

Yang tak sampai kegaris tanganmu

Terbengkalai tinggal untukmu

Dengarkan aku bersyair

Gubahan air mata dan mata air

Dibuka dari tangisan yang baru lahir

Diberi penutup dari yang mahir

Dengarlah Tuanku :

“ Susukanlah anak-anak kami

Dari Ibu-Ibu suci

Bukan dari Ibu yang kau gauli

Bukan dari sapi yang kau kebiri”

“Teduhilah kami

Dari kayu jati ladang kami

Yang kering dan kini mati

Oleh cintamu setengah hati”

Ketahuilah Tuanku!

Hanya aku budakmu yang belum mati.

Share:

Related Posts:

0 comments: