
Dua Ritme
Dua ritme labuh lalu
Menyinggahi sambil meludahi
Menertawai sambil menangisi
Dua ritme labuh lalu
Berebut suka tapi malu
Berbagi tempat satu tubuh
Dua ritme labuh lalu
Tantang aku!
Sujud
Budak Dia yang Mulia
Menghamba tengadah pasrah
Sujud suhada sambil bercinta
Telungkup serah jiwa raga
Budak dia segala Maha
Basah sajadah di air mata
Khusyuk dengan doa-doa
Menasbih pujian Subhanallah
Budak Dia yang Berkuasa
Berdiam mesra lama-lama
Menunggu Raja menyuntingnya
Mengundang seru Innalillah
Kenali Aku
Kenali aku !
Pesuruh hina para budak
Pesuruh mulia orang-orang hilang
Pesuruh tempat tak bertanah
Kenali aku !
Pesuruh surga dunia cela
Rakyatku
Aku kagum dengan rakyatku
Seribu bahasa mengunci mulutnya
Yang tak senang dengan aku
Pencuri anak keturunannya
Sudah cukup bagimu rakyatku
Jatah-jatah yang kau perebutkan itu
Jangan usik kami-kami
Yang menginjak dulu bumi ini.
Budakmu yang Belum Mati
Hamba berlutut menghadap engkau
Dipapa prajurit disinggasana tanah
Bermahkota embun yang kau putik diujung daun
Bertangan lembut yang kau lapisi dengan batu
Hamba kesini dengan angkuh
Yang terbelenggu sejak kau asuh aku
Bukan niat hamba mengiba
Tak pula datang mengemis tahta
Hamba kesini memanggul peluh
Dari titipan moyangmu, yang bukan moyangku
Yang tak sampai kegaris tanganmu
Terbengkalai tinggal untukmu
Dengarkan aku bersyair
Gubahan air mata dan mata air
Dibuka dari tangisan yang baru lahir
Diberi penutup dari yang mahir
Dengarlah Tuanku :
“ Susukanlah anak-anak kami
Dari Ibu-Ibu suci
Bukan dari Ibu yang kau gauli
Bukan dari sapi yang kau kebiri”
“Teduhilah kami
Dari kayu jati ladang kami
Yang kering dan kini mati
Oleh cintamu setengah hati”
Ketahuilah Tuanku!
Hanya aku budakmu yang belum mati.
0 comments:
Post a Comment