21 Juli 2007
Akhirnya, perjalanan itu berujung juga. Selama Tujuh tahun, tak terasa terlewati begitu saja. Aku ingat betul, ketika pertama kali berkuliah, hingga detik-detik terakhir aku menyandang gelar Sarjana. Termasuk juga, hal-hal yang membawaku pada kondisi yang sulit, bahagia, sedih, bingung, selama masa tujuh tahun itu.
Aku ingin menuliskannya satu persatu.
Pertama, kenangan saat aku mengetahui kelulusanku masuk ke Perguruan tinggi Negeri. Awalnya, subuh itu, sekira pukul 04 pagi, niatku bersama salah satu abangku, hendak berjualan Koran Lampung Post. Itu kami lakukan bukan karena kesulitan uang atau hendak menekuni profesi tersebut. Tapi, naluri wirausaha-lah yang mendorong kami melakukannya. Pagi itu, (seingatku dibulan Juli 2000) adalah pagi dimana koran-koran akan mengumumkan nama-nama peserta yang lulus seleksi SPMB, wilayah Lampung. Dalam anggapan kami sudah pasti masyarakat sangat menunggu pengumuman itu. Mereka pasti bergegas pagi-pagi untuk mendapatkan Koran yang berisi pengumuman itu. Kami menganggap itu peluang. Peluang karena masyarakat akan pasti membeli Koran kami, yang datang kerumah-rumah mereka, dan mereka tak perlu ke kios atau loper Koran di lampu-yang ada di perempatan lampu merah. Peluang, apabila kami datang lebih pagi dari loper-loper Koran yang biasa mengantarkan Koran kerumah-rumah.
Kami meminjam uang Bapak sebagai modal untuk membeli Koran. Pagi itu, kami meluncur ke Lampung Post, yang berjarak sekitar 15 Km dari rumah. Sampai disana, kami memesan sebanyak 200 eksemplar Lampung Post yang siap cetak Harga per eksemplarnya, kami beli hanya Rp. 750,-. Seluruhnya, kami keluarkan uang sebesar Rp150 ribu. Koran didapat, kamipun menyortir dan membagi dua. Separoh bagianku, dan separoh lagi bagian abangku.
0 comments:
Post a Comment