Monday, January 28, 2008

Menjawab Persoalan Kepemudaan

(Sumbang Saran Untuk Kepemimpinan KNPI Riau Kedepan)

Dalam penyelenggaraan Musyawarah Daerah (Musda) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Riau 25-28 Januari lalu, telah terpilih seorang nakhoda baru yang akan membawa KNPI Empat tahun kedepan. Lebih tepat, jika kita haturkan rasa salut akan tekad, keberanian, pengorbanan, dan kemauan yang begitu serius dari sang nakhoda untuk membawa beban berat krisis kepemudaan Riau saat ini.

Siapapun dia sang nakhoda, keberhasilan menjadi pemimpin organisasi tertinggi dibidang kepemudaan itu, hendaknya jangan dirayakan dengan suka cita yang berlebihan. Ini bukan keberhasilan mendapatkan peluang meraup kekayaan, juga bukan keberhasilan mendapatkan kekuasaan. Ini merupakan keberhasilan pembuktian kesungguhan secara tulus untuk membawa biduk KNPI menuju yang lebih baik lagi untuk Empat tahun kedepan. Dan, ini juga merupakan keberhasilan mendapatkan peluang untuk menunjukkan bahwa ditampuk kepemimpinan anda-lah, peran dan fungsi pemuda akan lebih banyak memberikan kontribusi dan jawaban terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan, ke-Riau-an, dan lebih luas lagi, juga persoalan-persoalan kebangsaan.

Bisa dimaklumi jika dalam sepekan dua pekan kedepan, konsentrasi kepemimpinan yang ada masih belum terhimpun secara total mengurusi langsung urusan keadministrasian, kesekretariatan, dan termasuk hal terpenting menjabarkan satu persatu program–program kerja kedepan, sebagai manifestasi menjawab persoalan terkini kepemudaan. Namun setidaknya, ada sedikit perhatian langsung ke arah sana, minimal untuk tetap meneruskan semangat yang sempat berkobar saat-saat masa pemilihan.

Perasaan subyektif ini sebenarnya tak ingin penulis ungkapkan disini, karena penulis dan termasuk juga seluruh komponen masyarakat --tak hanya pemuda-- mesti menyadari bahwa tanggung jawab mengemban misi kepemudaan adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab ketua dan pengurus KNPI saja. Tetapi, hal yang juga patut digaris bawahi disini bahwa sosok pemimpin harus mampu menjadi pelopor, inisiator, pemicu, sekaligus penyemangat dalam menggerakkan seluruh potensi yang berada dibawah kendalinya. Karena itulah, tak bisa dihindari, ketika berbicara tentang sebuah persoalan komplek, perlu proses analisa reduksi yang akhirnya membawa kepada hal-hal yang berlingkup kecil/sempit, termasuk unsur subyektivitas tadi. ***

Bekal kepemimpinan terbaik yang harus dimiliki seorang pemimpin sebelum memulai kerja keras kedepan, bagian kecilnya adalah Niat / Nawaitu. Banyak orang bilang, jika niat seseorang baik, maka hasilnya pun akan baik. Begitu sebaliknya. Namun, kembali kepada persoalan Subyektif lagi. Niat seseorang siapa yang tahu, karena niat lebih merupakan perkataan hati yang paling dalam dari diri seseorang. Kadang ia bisa dengan tulus diucapkan, bahkan kadang ia bisa menjadi samar. Bak kata pepatah “Didalam laut boleh diduga, dalam hati siapa tahu”, sulit menduga pikiran dan hati seseorang. Kendati demikian, kita semua tak ingin menaruh prasangka buruk akan niat sang Ketua terpilih untuk membawa biduk KNPI ini kemana. Satu niatan bersama yang harus diusung secara bersama pula, yakni bagaimana KNPI kedepan dapat menjadi gerbong lokomotif terdepan yang membawa dan mengarahkan semua potensi kekuatan didalamnya kepada nilai-nilai kemaslahatan kehidupan masyarakat.

Bekal terbaik kedua dalam membawa biduk KNPI, yakni memahami persoalan-persoalan kepemudaan, dan memahami bagaimana menjawabnya. Dalam kenyataan yang ada, begitu banyak persoalan kepemudaan yang hingga hari ini belum terjawab yang dampaknya memang tak bisa langsung dirasakan sekarang. Persoalan-persoalan krusial, jika ingin disebutkan, salah satunya adalah kualitas mental dan akhlak pemuda, merupakan garansi terhadap kelangsungan kehidupan di beberapa masa kemudian.

Berbicara kualitas mental, akhlak pemuda, sedikit banyak akan memasuki ranah pribadi seseorang, dalam hal ini individu pemuda itu sendiri. Bagaimana pendidikannya, hingga sejauhmana usahanya membina secara mandiri akhlak dirinya. Namun demikian, setiap manusia (pemuda) memiliki hak pula untuk mendapatkan pendidikan, yang dalam hal ini dituntut peran serta pemerintah dalam menciptakan kemudahan masyarakat mengakses pendidikan. Yang pasti, tanggung jawab membentuk manusia atau pemuda yang berkualitas, terletak pada semua pihak terkait didalamnya, termasuk kaum muda itu sendiri.

KNPI sebagai wadah berhimpunnya kaum muda merupakan bagian penting dalam usaha membentuk kader-kader pemuda yang berkualitas, baik secara intelegensi, maupun emosional. Karena, organisasi yang berdiri sejak tahun 1973 ini

Ketika hari ini masih dirasakan belum berhasilnya penciptaan pemuda yang berkualitas itu tadi, tak sepenuhnya pula ini adalah imbas gagalnya fungsi dan peran KNPI mengelola dan mengatur sebaik mungkin potensi kepemudaan yang ada. Banyak faktor lain yang juga ikut menentukan hal itu. Satu hal yang bisa disebut adalah kondisi kritis yang diciptakan sendiri oleh kaum muda itu sendiri.

Pertama, secara kasat mata, saat ini tak terlihat lagi gerakan kaum muda mewarnai proses pembangunan secara tulus. Amat banyak kepentingan memboncenginya. Ini akibat kaum muda secara sengaja telah melibatkan diri kedalam ruang-ruang kepentingan. Mari kita sadari ini, dan mari kita kilas balik perjuangan kaum muda dalam beberapa periodesasi kebelakang. Beberapa periode kebangkitan kaum muda, mulai dari 1928, 1945, 1966, 1998, merupakan kebangkitan sungguh-sungguh yang disumbui oleh kepentingan memihak yang lemah.Bahkan, beberapa diantaranya dilakukan secara heroik, merelakan nyawa sekalipun.

Kaum muda saat ini, merasa lebih elegan tampil dengan banyak atribut kelembagaan, baik nama, kostum, kebesaran para pendahulu dan berbagai konsepsi-konsepsi teknis semu didalamnya. Dengan berbagai atribut itulah, ia merasa bisa eksis, dan dianggap terus ada. Parahnya, tak sedikit yang menggunakan atribut keorganisasian tersebut, sebagai alat untuk mencari keuntungan sekelompok orang yang berhimpun didalamnya.

Sebuah gerbong kaum muda, jika memang gerakan tulus, mengapa harus berlindung dibalik sebuah partai, institusi, dan sebagainya. Sedikit banyak, kooptasi kepentingan partai tak bisa dihindari akan selalu mewarnai gerak dan perjalanan kaum muda yang dikadernya.

Melihat daftar peserta Musda KNPI kemarin, terdapat sekitar 80 hingga 90-an organisasi kepemudaan (OKP) yang secara resmi dinaungi KNPI Riau. Dari sekian banyak OKP tersebut, mungkin tak banyak diantaranya yang memiliki history organisasi yang mampu menjadi spirit keberlangsungan organisasi tersebut. Bahkan mungkin juga, dari sejumlah OKP tersebut tak banyak nama yang mungkin dikenal oleh publik secara luas. Ini karena, publik memang tak merasakan kontribusi langsung mupun tak langsung, atas keberadaan berbagai OKP tersebut. Jikapun ada, masih diragukan kontribusi yang diberikan tanpa mengharap apa-apa.

Penting menjadi catatan bagi KNPI kedepan, bahwa perlu perombakan sistematis dan bila perlu dilakukan secara total, terhadap mekanisme penghimpunan dan pengelolaan potensi kepemudaan. KNPI sebagai wadah berhimpun organisasi kepemudaan, kiranya harus mampu menata ulang kembali konsep membangun dan mengelola potensi kepemudaan saat ini. Jika tidak, kondisi organisasi kepemudaan tak akan pernah mampu mencatat prestasi tersendiri.

Terhadap keberadaan OKP-OKP yang sudah ada, hendaknya dibebankan sebuah tanggung jawab bersama dan tanggung jawab khusus sesuai dengan identitas, fokus, dan warna organisasi. Yang terpenting, bagaimana menitipkan agenda-agenda keummatan menjadi satu bagian pencapaian organisasi. Secara teknis, untuk mempertanggungjawabkan beban tersebut, tak ada salahnya jika dibuat aturan-aturan yang disepakati bersama, yang mengatur tentang sanksi ataupun kompensasi atas keberhasilan/kegagalan menjalankan tanggung jawab tadi.

Masih dalam tataran abstraksi persoalan kepemudaan, perlu disadari bahwa kontribusi kaum muda saat ini dalam mengangkat harkat dan martabat masyarakat masih dalam fase kemandulan. Jika ditelusuri penyebabnya ini akan membawa kita kembali mendefinisi apa itu kaum muda, dan apa saja perannya.

Jiwa kepemudaan yang sebenarnya adalah terdapat pada pemuda-pemuda yang belum terkontaminasi oleh kepentingan, jauh dari akses kekuasaan, dan alergi terhadap nilai-nilai kemapanan. Boleh suka atau tidak, namun ketiga karakter itulah yang malah banyak melenakan kaum muda saat ini. Kekuasaan, kepentingan, dan nilai-nilai yang mapan semakin menjadi buruan, bahkan realitasnya dilapangan begitu tanpa malu dipertunjukkan.

Terlalu munafik kiranya jika harus mengatakan posisi Ketua KNPI bukanlah sebuah batu loncatan, atau bukanlah sebuah posisi tanpa bias apapun bagi karir dan kejayaan seseorang. Mengapa? Karena memang harus diakui, jabatan tertinggi di struktur organisasi sekelas KNPI, merupakan jabatan strategis yang dapat menunjang perjalanan karir seseorang selanjutnya. Jabatan itu, setidaknya menjadi tolak ukur kualitas seseorang, terutama dalam hal kemampuan kepemimpinan.

Yang patut dikhawatirkan dalam hal ini, ketika jabatan strategis ini digunakan untuk mempermudah akses-akses mendapatkan kekuasaan, mendapatkan proyek, dan sejumlah kepentingan lain yang menguntungkan sedikit orang saja. Tugas dan tanggungjawab yang seharusnya dijalankan, akhirnya berjalan pada tataran legalitas formal dan seremonial saja. Bahkan hal terburuk sekalipun, dapat terjadi yang akhirnya menenggelamkan biduk kepemudaan di lautan kebutuhan masyarakat yang terus meriak.

Menjawab sedikit persoalan kaum muda yang telah dipapar diatas, ada beberapa hal yang dapat diprioritaskan. Pertama, perlu kesadaran kolektiv dan responsibility kaum muda akan tanggung jawab besar memikul agenda sosial dan moral, memperjuangkan nasib kaum lemah. Peran penyadaran ini, mungkin bisa diambil alih oleh KNPI secara langsung.

Kedua, untuk bebas dari berbagai tekanan, desakan, baik yang datang dari individu pemuda sendiri maupun dari kepentingan pihak lain, kaum muda hendaknya membangun kekuatan mendasar untuk menopang perjuangan. Jika memang terdapat agenda-agenda kebutuhan ekonomi, finansial organisasi, dan hal-hal lain yang mengharuskan adanya take and give dengan pihak lain, seminimal mungkin dilakukan sebatas kebutuhan yang diperlukan. Diakui, memang susah untuk melepaskan diri dari interaksi yang telah dijalin baik dengan pihak lain, terutama pemerintah. Namun, hal ini tergantung kepada kesadaran kolektif tadi, jika benar-benar dimaknai dengan totalitas, dengan sendirinya akan memagari idealisme agar tidak terkontaminasi.

Hal lain yang mungkin bisa diperankan oleh KNPI kedepan untuk membangun kaum muda yang produktif adalah memberdayakan potensi kaum muda itu sendiri. Perlu diingat, dalam usaha pemberdayaan ini, jangan ada kooptasi aturan yang nantinya mengekang kaum muda untuk ikut berapresiasi, khususnya bagi kaum muda potensial yang secara kebetulan masih termarjinalisasi secara akses sosial dan keorganisasian. Rangkul semua potensi kaum muda, mulai dari kota hingga ke pelosok desa. Saatnya gerakan kaum muda saat ini untuk tampil pada tataran nyata, yakni aktif, responsiv, dan produktif.*** *Dodita (Peminat Masalah Kepemudaan, saat ini aktif di Forum Lingkar Pena dan Forum Kajian Lintas Sektoral –FK-Literal)

Share:

0 comments: